JAKARTA | NASIONALONLINE.ID – KH. As’ad Said Ali menanggapi pernyataan Ketua Partai Persatuan Pembangunan / PPP , Dr Soeharso Manuarfa yang menyinggung amplop untuk Kyai menuai kritikan luas dari internal partai yang merupakan fusi dari Partai NU, Parmusi, PSII dan Perti. Namun dibalik kritikan tersebut, menurut saya ada hikmah tersembunyi atau blessing in disguise.
Pernyataan tersebut seolah membangunkan partai yang sedang tertidur pulas ditengah suasana gegap gempita persiapan pemilu 2024. Ada semacam kesepakatan diam diam untuk mencari pemimpin karismatik yang dapat mengangkat kembali marwah partai yang dalam beberapa pemilu pernah menduduki posisi kedua dibawah Golkar.
Tentu saja, calon tokoh partai tersebut harus sosok yang dapat mempersatukan partai dan sekali gus mampu menjadi lokomotif untuk meraih suara yang jauh lebih besar dari suara yang diraih dalam pemilu 2019. Memang tidak mudah,tetapi potensi untuk mendapatkan calon yang kredibel adalah hal yang mungkin karena PPP pernah jaya.
PPP mempunyai masa pendukung fanatik ditengah persaingan sengit termasuk menghadapi politik “ tebar uang “ dari partai partai besar. Keanggotaan partai juga tidak segmented seperti PKB, PAN dan PKS yang merepresentakan kelompok Islam tertentu. Pendukung PPP terdiri dari berbagai segmen meliputi elemen NU, MD, SI, Al -Wasliyah , DDI, ex Masumi dan lain lain..
“Apalagi kalau pemimpin yang dipilih nanti adalah sosok tepat dan mempunyai kharisma yang mampu menjadi ikon umat Islam. Kerinduan munculnya pemimpin baru yaitu bukan suatu hal yang tidak mungkin karena banyak mutiara terpendam didalam tubuh umat. Partai yang dideklarasikan oleh Dr Idham Khalid yang kharismatik dan bersahaja ternyata mampu menduduki rangking kedua pada tahun 70- an,” kata mantan Waka-BIN tersebut kepada awak media Jum’at 19/08/22.
Menurutnya, publik khususnya generasi muda merindukan munculnya tokoh pemersatu. Jika sang pemimpin baru nanti tampil, meningkatnya perolehan suara PPP sebagai peraih suara besar , bukan suatu yang mustahil. Pengalaman berkumpulnya satu juta umat di monas pada 2016 menunjukkan betapa besarnya potensi daya dan semangat persatuan tersebut.
Suasana politik global yang cenderung memarginalkan umat Islam diberbagai belahan dunia, bukan menyurutkan semangat tetapi bahkan sebaliknya. Ada semangat baru,untuk menjawab isu Islamphobi, kampanye kontra terorisme yang berlebihan dan marginalisasi berupa stigma negatif bagi mereka yang berbeda pendapat dengan penguasa.
Tentu saja yang dikehendaki adalah wajah PPP yang segar dan lebih inklusif , berorientasi masa depan, dan menjadi rumah besar bagi generasi muslim yang relijius- intelek khususnya generasi milenial yang dinamis. Slip of tounge pak Manoarfa saya yakin menjadi berkah bagi Partai berlambang ka’bah. (Red 01)