Jakarta – Investor saham China baik di dalam maupun di luar negeri merespon negatif terpilihnya Xi Jinping menjadi presiden ketiga kalinya dalam Konggres ke-20 Partai Komunis China (PKC) pekan lalu.
Melansir CNBC, Pada perdagangan Senin lalu 24/10/2022-hari pertama pasar saham buka setelah pengumuman resmi Jinping terpilih hari Minggu-terjadi kepanikan jual dimana mana. Di New York Stock Exchange, 10 perusahaan asal China kehilangan nilai kapitalisasi pasar lebih dari US$67 miliar atau sekitar Rp1000 triliun, dimana masing-masing harga sahamnya drop sekitar 8%.
Dalam sehari, harga saham Alibaba peritel online terbesar di China rontok 13%, sementara perusahaan teknologi Pinduoduo kehilangan 25% harga. Kejatuhan harga saham itu diikuti ratusan saham perusahaan China yang juga listing di pasar Amerika Serikat.
Di negaranya pun demikian. Indeks Hang Seng Hong Kong dan Shanghai Composite China ditutup ambruk pada Senin itu. Hang Seng terjungkal hingga lebih dari 6% sementara Shanghai ambles lebih dari 2%.
Sementara yuan China di pasar luar negeri melemah tajam, lebih dari 1% terhadap dolar AS, level terdalam yang pernah tercatat hingga 2010.
Hal yang ditakuti oleh investor adalah sepak terjang Jinping yang diperkirakan akan lebih otoriter dalam memerintah Negeri Tirai Bambu dalam lima tahun jabatan ke depan. Salah satu yang paling diingat investor adalah tindakan Jinping membungkan Jack Ma atas perkembangan bisnis Alibaba dan Ant Group yang dianggap terlalu besar dan membahayakan pemerintah.
Sudah menjadi rahasia umum, Jack Ma yang kini jarang tampil di publik disebabkan oleh tekanan otoritas China yang tidak ingin bisnis swasta terlalu menonjol. Juga, Jinping tidak suka kritik dialamatkan pada sistem yang sedang ia bangun, meskipun sejak awal memimpin dia membuka kran besar pada porsi swasta.
Tidak hanya itu, kengerian investor saham China saat ini adalah prospek kepemimpinan Jinping di China. Setelah mampu merevisi konstitusi dengan menghapus pembatasan jabatan presiden maksimal dua periode pada 2018, Jinping pada kongkres ini kedapatan mampu ‘mengatur’ pemilihan tujuh anggota Komite Tetap Politbiro.
Komite Tetap Politbiro adalah organ paling berkuasa di struktur PKC, mirip dewan pembina pada partai-partai di Indonesia. Dengan menguasai organ ini, maka Jinping diyakini tidak hanya ingin mengamankan posisinya dalam lima tahun ke depan, tetapi juga berambisi untuk tetap memimpin setelah 2027 mendatang.
Profil mereka antara lain Li Qiang, yang saat ini juga menjabat sebagai sekretaris PKC cabang Shanghai. Politisi berumur 63 ini adalah orang kepercayaan Jinping sejak sekolah. Mereka adalah kolega saat Jinping menjabat sebagai ketua PKC di Zhejiang, karier perdana Jinping di jajaran ketua partai.
Zhao Leji. Pria berumur 65 tahun ini adalah Kepala Komisi Pusat Kedisplinan, atau semacam inspektorat jenderal. Dia adalah orang kepercayaan Jinping, untuk badan anti korupsi di China yang bertanggungjawab mendisiplinkan anggota partai. Pemberantasan korupsi adalah agenda utama Jinping sejak pertama kali menjabat sebagai presiden.
Walikota Beijing Cai Qi. Dia adalah orang dekat Jinping dan telah lama melayaninya sejak memimpin partai di Fujian dan Zhejiang. Loyalitas Qi kepada Jinping tidak diragukan lagi.
Selanjutnya Ding Xuexiang, yang dinilai kurang memiliki banyak pengalaman. Namun, kedekatannya dengan Jinping membuatnya bisa menjadi anggota Komite Tetap. Ding adalah sekretaris Jinping sejak 2007, dan pada 2014 dia diberi jabatan sebagai kepala staf kepresidenan.
Jinping yang tahun ini genap berusia 69 tahun, adalah pemimpin besar ketiga di China yang bisa disetarakan dengan sang pendiri partai, ketua Mao Zedong (1949-1958), dan sang reformis ‘kapitalis’ Deng Xiaoping (era 1970-an hingga 1990-an).
Jinping adalah kombinasi khas gaya otoriter Mao dalam politik, dan si reforman Deng dalam ekonomi. Dikisahkan, Jinping yang lahir pada 15 Juni 1953 adalah anak kedua dari veteran revolusi China XI Zhongxun, salah satu pendiri PKC dan pejabat penting pada eranya.
Namun, kehidupan Jinping berbalik 180 derajat saat dia berusia 10 tahun. Sang ayah di curigai partai menentang agenda Revolusi Kebudayaan yang dicetuskan Ketua Mao pada 1966. Keluarga Jinping menjadi bagian dari banyak pejabat partai yang tiba-tiba menjadi pesakitan.
Keluarga Jinping divonis sebagai musuh besar revolusi, hingga pada puncaknya ayah Jinping dipenjara saat dia berusia 15 tahun. Jinping lantas dikirim untuk program kerja di Desa Liangjiahe, Wen’anyi, Yanchuan pada 1969, untuk menjalankan program revolusi kebudayaan Mao. Yakni gerakan kembali ke desa. Di sana dia bebekerja sebagai sekretaris partai tingkat desa, dan diceritakan tinggal di sebuah gua.
Jinping tak tahan miskin, hanya beberapa bulan di sana, dia melarikan diri ke Beijing. Namun, dia berhasil ditangkap karena dianggap desertir dan dikirim ke kamp kerja untuk menggali parit, sebelum akhirnya dikembalikan lagi ke desa. Jinping menghabiskan tujuh tahun umurnya di sana.
Tetapi penderitaan masa remaja membuat Jinping menjadi sosok yang kuat secara pribadi dan politik. Nasibnya berubah berkat kegigihan. Setelah ditolak tujuh kali, Jinping akhirnya bisa bergabung dengan Liga Pemuda Komunis China pada 1971, melalui pertemanannya dengan seorang pejabat lokal. Perlahan nasib naik menghampirinya.
Tapi Ironis, kini dia menjadi pemimpin China dengan gaya yang mirip seperti orang yang pernah menganiaya keluarganya dimasa belia. (Red 01)