Jakarta – “Bismillahirrahmaanirrahiim” sebut KH. As’ad Said Ali sebelum menunjukkan bahwa foto ini adalah almarhum KH. Mutamakin yang lahir pada 1645 di desa Cebolek ‘sekarang Winong’. Dan Foto itu diperoleh dari musium di Leiden, ‘Netherland’.
“Tuban dan KH. Mutamakin adalah putera bangsawan pada masanya,” jelas mantan Waka-BIN tersebut lewat tulisan di facebooknya, Senin, 25/12/23.
Menurut cerita KH. As’ad, setelah pulang dari Yaman untuk menuntut ilmu dan haji di Mekah , perahu yang dinaikinya pecah dan beliau selamat mendarat di pantai utara Jawa dan kemudian terdampar di desa Cebolek ‘Kajen’.
Dari Kajen itulah mbah Mutamakin menyebarkan ajaran Islam melalui pendekatan budaya, sehingga desa Kajen menjadi pusat kajian dan dakwah agama Islam yang berpusat disekitar makam sang Waliyullah itu.
“Waktu kecil,setiap bulan Asyura Bapak dan Ibu selalu mengajak saya ziyarah ke Makam Beliau karena pak De Kyai H Baedlowi Siradj adalah salah satu pemegang kunci makam mbah Mutamakin,” katanya.
Mbah Mutamakin pernah difitnah melakukan penistaan agama dan ditahan Pakubuwono II, hal itu terkait dengan tulisanya tentang “Dewa Ruci”. Mereka yang memfitnah mbah Mutamakin adalah mereka yang iri terhadap keberhasilan da’wah sang waliyullah itu.
Setelah mendapatkan penjelasan dari Mbah Mutamamakin akhirnya beliau dibebaskan oleh Pakubowono II, bahkan kemudian beliau dikawinkan dengan salah satu peteri Sunan Pakubuwono karena kagum atas kedalaman ilmu Sang Waliyollah. (Red 01)