Jakarta – KH. As’ad Said Ali menunjukkan Foto kenangan bersama alm KH A Bunyamin Ruhiyat, pengasuh Ponpes Cipasung yang mashyur. Seingatnya beliau seumur dengannya yang lahir pada 1949 hanya saja dia lebih tua beberapa bulan.
“Pada suatu saat saya bersilaturrahmi di pondok pesantren Cipasung yang mashur itu, ketika itu saya ditemani oleh Prof Didi Sukyadi, Warek UPI, Bandung,” kata mantan Waka-BIN itu lewat tulisan di facebooknya, Rabu, 3/1/24.
Suatu hal yang tidak pernah dilupakan adalah setiap berkunjung di kediaman alm KH A Bunyamin Ruhiyat, selalu disuguhi makan dengan lauk rebusan kaki sapi utuh yang rasanya sangat lezat dan harus habis tuntas tidak tersisa.
Bagi KH. As’ad dan banyak aktivis NU, menganggap bahwa Ponpes Cipasung meninggalkan sejarah tinta emas sebagai simbol kemandirian NU, dimana peserta munas/para kyai melawan tekanan pemerintah yang tidak menghendaki terpilihnya KH Abdurahman Wahid sebagai Ketum.
Menurutnya, Kemandirian adalah harkat dan martabat yang harus dijaga dalam segala situasi dan kondisi oleh siapapun terutama warga NU. (Red 01)