Jakarta – Indeks Harga Sahan Gabungan (IHSG) berakhir melemah pada perdagangan Selasa (25/10/2022) setelah mencatat penguatan 6 hari beruntun. Rupiah dan Surat Berharga Negara (SBN) juga bernasib sama.
Melansir CNBC, IHSG Selasa kemarin tercatat melemah tipis 0,07% ke 7.048,380, setelah sebelumnya sempat melesat 0,8% ke atas level 7.100. Sebelumnya, IHSG sudah menguat 6 hari beruntun dengan total 3,5%.
Koreksi tipis tersebut terbilang wajar, sebab pelaku pasar kini menanti rilis data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) Kamis nanti. Perekonomian AS diperkirakan akan tumbuh di kuartal III-2022, setelah mengalami kontraksi dua bulan beruntun.
Namun, bukan berarti itu kabar baik, malah bisa menjadi kabar buruk yang mempengaruhi pergerakan pasar finansial secara global. Ulasan tersebut akan dibahas pada halaman 3.
Rupiah juga sudah terkena dampaknya. Selasa kemarin Mata Uang Garuda kembali melemah 0,22% ke Rp 15.620/US$. Sementara itu dari pasar SBN, hanya tenor 1 dan 10 tahun yang mengalami penguatan, terlihat dari yield-nya yang turun.
Pergerakan harga SBN berbanding terbalik dengan yield. Ketika harga naik maka yield akan turun, begitu juga sebaliknya.
Pergerakan pasar finansial Indonesia menunjukkan ketidakpastian yang tinggi di perekonomian global. Isu resesi berjamaah di 2023 terus membayangi dan menjadi sentimen negatif.
IHSG sebelumnya mampu menguat 6 hari beruntun ditopang sektor finansial. Optimisme akan apiknya kinerja keuangan bank besar membuat sektor ini mencata kinerja impresif.
Seperti diketahui PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sudah melaporkan kinerja keuangannya.
BCA mencapai Rp 29 triliun pada sembilan bulan pertama tahun 2022, atau naik 24,8%. Sementara itu BNI membukukan kenaikan laba bersih 76,8% secara tahunan (yoy) hingga kuartal III senilai Rp 13,7 triliun. (Red 01)