Jakarta – 28 Junu 2024– Seorang mantan pejabat Badan Koordinasi Intelijen Negara (BAKIN) menceritakan perjalanan kariernya yang inspiratif dalam dunia intelijen, menggabungkan nilai-nilai pesantren dengan tugas menjaga keamanan negara.
Sejak masa tugasnya di BAKIN, beliau memiliki kebiasaan membaca Al-Quran setiap waktu istirahat siang. Kebiasaan ini adalah pesan dari sang ayah yang selalu diingat dan diamalkan. Selain itu, sang ayah juga memberikan pesan khusus agar sering membaca Surat Al-Kahfi, terutama Ayat 19, yang berbunyi:
“وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ أَحَدًا”
Artinya: “Berbuatlah dengan lemah lembut dan jangan sekali-kali menceritakan keadaanmu kepada siapapun.”
Ayat ini menjadi pegangan dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang intelijen, terutama dalam menjaga rahasia negara dengan sekuat tenaga. Dalam konteks ayat tersebut, sahabat Kahfi yang terjebak di dalam gua dalam waktu yang lama, diberi pesan untuk berbicara dengan lemah lembut dan menjaga rahasia ketika mereka harus keluar gua untuk mencari informasi dan kebutuhan lainnya.
Komandan beliau menambahkan pentingnya menjaga rahasia negara dengan sangat kuat. Amanah ini dijalankan dengan baik, hingga membawa nama baik kaum pesantren dalam dunia intelijen. Keberhasilan Badan Intelijen Negara (BIN) dalam menangkap teroris baik di dalam maupun di luar negeri adalah bukti nyata kontribusi beliau.
“Dulu kami diejek sebagai golongan teklek dan sarungan,” kenangnya, “Namun kini kami membuktikan bahwa nilai-nilai pesantren dapat membawa dampak signifikan dalam keamanan negara.” Ungkapnya.
Keberhasilan ini tidak hanya dirasakan di tingkat nasional tetapi juga internasional, membuktikan bahwa integritas dan keteguhan dalam menjalankan tugas negara berlandaskan nilai-nilai agama dapat membawa perubahan besar. (Red 01)