Jakarta – KH. As’ad Said Ali sedang santai pada sore hari di Joglo di pekarangan rumah anaknya yang tertua Ir Zaqi Msc di daerah, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Dia srdang duduk di kursi tua dan meja marmer peninggalan orang tuanya H Nor Said Ali alm.
“Di meja itulah saya belajar mulai dari ibtidaiyah, SR, SMP dan SMA.” kata mantan Waka-BIN itu seperti yang ditulis di facebooknya, Selasa, 6/2/24.
Menurutnya, meja marmer itu sangat bersejarah , Mbah Ali alm yang tinggal di desa Klaling , Kec Jekulo, memberikan meja marmer kepada bapaknya pada tahun 1933 yang membangun rumah di desa Golan Tepus, Mejobo, Kudus.
“Agar terawat, sepasang meja dan kursi marmer saya bawa ke Jakarta dan setelah anak saya yang paling tua mampu membangun rumah sendiri, kemudian saya serahkan meja tersebut kepada anak saya,” ujar KH. As’ad.
Menurut, perkiraanya mungkin umur kursi dan meja marmer tersebut sekitar satu abad lebih.
Kursi dan meja marmer itu bisa menjadi bukti bahwa para leluhur bangsa Indonesia sudah mempunyai skill-teknologi yang tidak kalah dengan negara negara lain.
“Tapi sayang genersi muda bukanya bangga dengan karya anak bangsa sendiri malah banyak yang kebalik, lebih menyukai produk bangsa asing,” tegasdnya.
KH. As’ad berpendapat bangsa Indonesia secara politik memang sudah merdeka, tetapi secara budaya masih setengah terjajah. Hal ini menurutnya sangat memalukan. (Red 01)