Jakarta – Sudah cukup lama KH. As’ad Daid Ali kenal dekat dengan Kyai Prof Dr Ma’ruf Amin dan mulai semakin dekat ketika beliau mengendalikan kegiatan dakwah NU pada era Kyai Hasyim Muzadi. Saat itu Indonesia sedang menghadapi konflik Ambon dan Poso serta awal infiltrasi Al Qaeda ke Indonesia dan awal kebangkitan JI atau Al Jamaah Al Islamiah akhir dekade 1990-an.
“Saya sejak itu sering diikut – sertakan dalam kegiatan deradikalisasi dilingkungan NU dengan tujuan utama agar NU tidak disusupi kelompok radikal tersebut,” jelasnya, Minggu, 19/11/23.
Hampir dalam setiap kegiatan Lembaga Da٠wah PBNU, Kyai Ma’ruf mengajaknya( sebagai orang NU yang menjabat Waka BIN ) dan tugas dia adalah menjelaskan hal ihwal tentang ekstrimisme dan terorisme ,sebagai dampak dari ekspansi Al Qaeda yang ketika sedang berada dipuncak kejayaannya. Sesuai kesepakatan Konferensi Intellijens Negara negara Islam , terorisme sebaiknya bukan hanya dihadapi dengan pendekatan “hard ware “ , tetapi juga “soft ware” dengan cara menyertakan ormas agama. Atas dasar itu, maka Kepala BIN Pror Dr Hendro Priyono mengajukan “ Rencana kebijakan strategis” seperti diatas kepada Presiden Megawati.
Walhasil berlangsung kerjasama BAKIN – DEPLU – NU setelah pembahasan antara Menlu Hasan Wirayuda, Ka-BAKIN Hendro Priyono dan Ketum PBNU Kyai Hasim Muyadi. Lahirlah ICIS ( Islamic Conference of Islamic Scholers ) , yang pertama berlangsung di Jakarta dihadiri oleh ulama dari beberapa negara dan Indonesia. Kemudian setiap dua tahun sekali , ICIS digelar di kota lain di Indonesia.
“Saya semakin mengenali kapasitas Kyai Ma’ruf selama mengisi dakwah, baik di Jakarta dan di kota kota lain. Beliau bukan sekedar ulama yang mumpuni, tetapi juga seorang intelektual, ahli ekonomi syariah yang hebat dan bahkan seorang politisi yang cerdik dan halus. Watak dan pembawaan beliau berwibawa, tenang sehingga meneduhkan umat,” kata KH. As’ad.
Ada sekelumit pengalaman, ketika dia menjalankan perintah Rais ‘Aam PBNU kyai Sahal Mahfudz alm untuk bersilaturahmi ke sejumlah Kyai senior. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesiapan , siapa diantara Kyai yang paling siap mengganti beliau karena kesehatannya yang menurun. Beliau menyebut beberapa nama kyai dan salah satunya adalah Kyai Ma’ruf Amin. Sejak belum dewasa dia sering bertemu Kyai Sahal umumnya di rumah Pak Denya Kyai Baedlowi Siraj ( alm ) yang masih famili dengan Kyai Sahal Mahfudz ( alm).
“Salah satu Kyai yang saya temui adalah Kyai Abdurahman Wahid ( alm ). Presiden RI ke empat itu menjawab secara tidak langsung dengan mengajukan pertanyaan. Apakah ada Kyai yang mempunyai jabatan sosial, agama, politik, ekonomi dan lainnya yang lebih banyak dari Kyai Ma’ruf Amin ? Kemudian beliau menjawab ,”tidak ada “. Hal itu cukup bagi saya untuk menggambarkan bahwa sikap dan pikiran Kyai Ma’ruf diperlukan oleh bangsa,” ujarnya.
Dia melanjutkan, Kemudian pada “aksi sejuta umat di monas yang terkenal aksi 411” timbul kekhawatiran akan berubah menjadi anarkhis. dia tahu dari zel zel dan lagu atau syair yang biasa dikumandangkan oleh mereka yang dekat kelompok pendukung terorisme. Kehadiran Ketua MUI Kyai H Ma’ruf Amin menghadirkan suasana menjadi teduh dan yang terjadi adalah aksi sejuta umat yang damai. Dia tahu benar ketua FPI Habib Rizek Shihab sangat menghormati Kyai Ma’ruf Amin.
Menurutnya KH. Ma’ruf Amin merupakan Figur yang teduh, penuh kalkulasi dan cerdik seperti beliau ini, memang sering diabaikan dan kurang mendapat perhatian. Namun pada situasi dan kondisi yang tidak menentu, figur atau tokoh seperti beliau ini, biasanya justru dituntut perannya, yang dalam sejarahnya selalu berhasil. (Red 01
.